musicpromote.online Festival Musik Tradisi Indonesia kembali digelar dan kali ini menghadirkan sesuatu yang berbeda.
Bertempat di kawasan Pantai Kartini, Jepara, acara ini menjadi ruang pertemuan antara musik tradisi daerah dan musik modern.
Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Kementerian Kebudayaan dengan tujuan memperkenalkan kekayaan musik tradisi Nusantara kepada generasi muda melalui format yang lebih segar dan kreatif.
Festival ini menghadirkan beragam komunitas musik dari berbagai daerah di Jawa Tengah.
Mereka menampilkan karya orisinal yang berakar pada tradisi, namun dikemas dengan pendekatan modern seperti pop, jazz, hingga reggae.
Sang Penabuh dan Jhony Freedom Siap Mengguncang Jepara
Salah satu kolaborasi yang paling menarik perhatian publik adalah Sang Penabuh, kelompok musik tradisi dari Padopokan Klapa Pitu Banyumas, yang akan tampil bersama band reggae Jhony Freedom.
Keduanya berencana menghadirkan perpaduan yang berani antara musik calung Banyumasan dengan ritme reggae yang bebas dan penuh semangat.
Menurut Bambang Listiyono, anggota Padopokan Klapa Pitu, kolaborasi ini bukan sekadar eksperimen musik, tetapi bentuk dialog budaya antara tradisi dan modernitas.
“Tantangannya adalah mencari titik temu antara dua karakter musik yang sangat berbeda agar hasilnya tetap harmonis dan menyenangkan didengar,” jelas Bambang.
Bagi Bambang, musik tradisi memiliki kekuatan emosional yang besar. Namun, agar tetap hidup di era sekarang, musik itu perlu disajikan dengan cara baru yang bisa diterima anak muda.
Menemukan Irama Baru dari Akar Budaya Lama
Kolaborasi lintas genre ini menjadi bentuk nyata bagaimana tradisi dapat berevolusi tanpa kehilangan jati diri.
Sang Penabuh membawa alat-alat tradisional seperti calung, kendang, dan saron, sedangkan Jhony Freedom mengisi dengan gitar elektrik, bass, drum, dan brass section khas reggae.
Dalam beberapa sesi latihan, keduanya saling menyesuaikan pola ritme.
Musik Banyumasan yang cenderung cepat dan ritmis berpadu dengan ketukan santai reggae menghasilkan nuansa unik — antara semangat rakyat dan kebebasan urban.
“Awalnya kami agak kesulitan menjaga identitas musik tradisi agar tidak tenggelam oleh instrumen modern. Tapi setelah beberapa kali mencoba, akhirnya kami menemukan formula yang pas,” tambah Bambang.
Kolaborasi ini diharapkan membuka peluang baru bagi seniman tradisi lain untuk bereksperimen.
Dengan begitu, musik daerah tak lagi dianggap kuno, tetapi justru menjadi inspirasi bagi genre-genre baru.
Festival Sebagai Wadah Regenerasi dan Kreativitas
Festival Musik Tradisi Indonesia tidak hanya menjadi ajang pertunjukan, tetapi juga tempat bertemunya seniman lintas generasi.
Kementerian Kebudayaan menegaskan bahwa acara ini dirancang sebagai ruang apresiasi dan pembelajaran.
Melalui sesi workshop dan diskusi, para seniman muda diajak memahami filosofi di balik musik tradisi.
Beberapa maestro musik daerah juga akan hadir untuk membagikan pengalaman mereka dalam melestarikan warisan budaya.
Menurut panitia, musik tradisi sering kali dianggap sulit karena instrumen dan pola nadanya tidak umum.
Namun dengan pendekatan kolaboratif seperti festival ini, diharapkan semakin banyak anak muda tertarik untuk mempelajarinya.
“Anak-anak sekarang lebih mudah tertarik kalau musik tradisi dikemas modern. Ini bukan soal mengganti akar budaya, tapi menghidupkannya kembali,” ujar salah satu kurator acara.
Banyumas dan Reggae, Dua Dunia yang Bertemu
Perpaduan musik Banyumasan dan reggae sebenarnya memiliki kesamaan dalam hal energi dan semangat.
Banyumasan terkenal dengan karakter riang dan spontan, sementara reggae identik dengan kebebasan dan cinta kehidupan.
Keduanya berbagi nilai universal: kegembiraan, perlawanan terhadap kekakuan, dan ajakan untuk hidup selaras dengan alam.
Melalui kolaborasi ini, penonton diajak merasakan pengalaman musikal yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menyentuh sisi budaya yang mendalam.
Jhony Freedom, vokalis band reggae asal Banyumas itu, mengaku antusias bisa tampil dalam festival ini.
“Kami ingin menunjukkan bahwa reggae juga bisa menjadi jembatan untuk memperkenalkan budaya lokal. Musik itu bahasa universal,” katanya.
Respon Positif dari Masyarakat dan Pemerhati Budaya
Festival Musik Tradisi Indonesia mendapat sambutan positif dari masyarakat dan pemerhati seni.
Banyak yang menilai langkah ini sebagai inovasi penting untuk menjaga keberlanjutan warisan budaya di tengah arus modernisasi.
Beberapa pengunjung mengaku tertarik melihat bagaimana musik tradisi dikemas lebih energik tanpa kehilangan makna filosofisnya.
“Biasanya musik tradisi terdengar kaku, tapi di festival ini jadi lebih hidup. Anak muda pasti suka,” ujar salah satu penonton yang hadir di Jepara.
Para pelaku seni juga berharap festival ini bisa digelar rutin setiap tahun agar menjadi platform berkelanjutan bagi para seniman daerah.
Dengan dukungan pemerintah dan komunitas, musik tradisi dapat terus berkembang dan menjadi bagian dari gaya hidup modern masyarakat Indonesia.
Makna Besar di Balik Kolaborasi
Lebih dari sekadar pertunjukan, festival ini menjadi simbol bahwa musik tradisi bukan masa lalu yang usang, tetapi sumber inspirasi masa depan.
Karya-karya seperti yang dilakukan Sang Penabuh dan Jhony Freedom membuktikan bahwa budaya lokal bisa berdialog dengan dunia tanpa kehilangan identitas.
Bambang menegaskan bahwa kolaborasi ini tidak berhenti di panggung festival saja.
Pihaknya berencana mengembangkan proyek rekaman bersama dan tur lintas kota agar musik tradisi Banyumasan semakin dikenal luas.
“Harapan kami sederhana: anak-anak muda bisa bangga dengan musik tradisinya sendiri. Kalau bukan kita yang melestarikan, siapa lagi?” ujarnya menutup wawancara.
Kesimpulan: Tradisi yang Hidup di Tengah Zaman
Festival Musik Tradisi Indonesia menjadi bukti bahwa pelestarian budaya dapat dilakukan dengan cara yang kreatif.
Melalui pertemuan antara musik Banyumasan dan reggae, acara ini menghidupkan kembali semangat gotong royong di dunia seni.
Di tengah derasnya arus globalisasi, festival seperti ini menunjukkan bahwa identitas budaya Indonesia tetap kuat, fleksibel, dan selalu menemukan cara baru untuk tetap relevan.
Dengan dukungan generasi muda, musik tradisi tak hanya menjadi kenangan, tetapi napas yang terus hidup di masa depan.

Cek Juga Artikel Dari Platform bengkelpintar.org
